Sabtu, 04 Juni 2011

Manajemen Pengembangan Kurikulum

Prof. Dr. H. Moh. Khusnuridlo, M.Pd

Secara umum, tanggungjawab kepala sekolah, sebagai supervisor, terdiri dan tiga aspek: (1) pengembangan instruksional (Instructional development), (2) pengembangan kurikulum (curriculum development), dan (3) pengembangan staf (staff development). Salah satu tanggungjawab yang akan dibahas dalam buku ini berupa pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dangan kurikulum adalah seperangkat pengalaman anak di bawah bimbingan sekolah (Oliva, 1984: 259). Termasuk dalam konsep ini adalah (1) semua pengalaman di dalam kelas (in-school experiences), termasuk pengalaman belajar di kelas, aktivitas murid, penggunaan perpustakaan, penggunaan pusat sumber belajar (learning resource centers), pemanfaatan kafetaria, dan fungsi sosial, dan (2) pengalaman belajar di luar sekolah yang dibimbimbing sekolah (out of school learning experiences directed by the school), termasuk pekerjaan rumah, study tour, dan penggunaan sumber-sumber masyarakat (community resources).

Pengembangan kurikulum, lantas, dapat didefinisikan sebagai tugas supervisi yang diarahkan kepada perancanganan atau perancanganan kembali petunjuk-petuniuk pembelajaran, termasuk pengembangan spesifikasi yang menunjukkan apa yang harus diajarkan, oleh siapa, kapan, di mana, dan dalam urutan atau pola seperti apa (Good, 1973: 158). Kepala sekolah memiliki beberapa tanggungjawab dalam proses pengembangan kurikulum. Dalam mengelola pengembangan kurikulum, kepala sekolah dapat berperan sebagai pengarah, supervisor, dan juga partisipan. Bagaimanapun, ia harus sanggup untuk menjadi manajer yang siap dan kreatif.

Hakekat Evaluasi Dalam Supervisi

Media Pendidikan Prof.Dr.H.Moh.Khusnuridlo,M.Pd

Dewasa ini banyak diakui bahwa kemajuan dan perbaikan dalam pendidikan tergantung pada pengukuran hasil aktivitas pendidikan dan evaluasi terhadap pengukuran itu berdasar atas kreteria atau standar tertentu. Kedua faktor tersebut yaitu pengukuran dan penilaian memiliki interdepensi. Pengukuran berusaha menetapkan jumlah hasil pendidikan sedangkan penilaian berusaha menetapkan harganya secara kualitatif. Begitu pula dalam supervisi pendidikan, pengukuran dan penilaian digunakan untuk menentukan keberhasilan aktivitas supervisi pendidikan dalam hal ini merupakan program perbaikan. Pengukuran menyangkut penentuan jumlah perubahan yang diharapkan dalam belajar mengajar sedangkan penilaian berkenaan dengan penentuan harga terhadap perubahan-perubahan atau hasil-hasil yang dicapai.

Dalam merancang program evaluasi program supervisi pendidikan, supervisor harus mempertimbangkan tiga faktor, yaitu ruang lingkup evaluasi, metode evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi. Marilah kita bahas secara singkat faktor-faktor tersebut dengan harapan sehingga dapat memahami secara jelas mengenai ruang lingkup yang harus dievaluasi, metode yang dapat digunakan, dan penggunaan dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan.

1. Ruang lingkup evaluasi

Ruang lingkup yang dimaksudkan disini adalah aspek-aspek apa saja yang akan dievaluasi. Dalam mengevaluasi program supervisi pendidikan aspek-aspeknya bisa mencakup aspek murid, guru, fasilitas dan sebagainya. Evaluasi terhadap masing-masing aspek tersebut harus lengkap. Dikatakan evaluasi yang lengkap apabila menyangkut segala aspek yang lengkap dan menyangkut segala aspek kehidupan masyarakat dan sekolah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan murid dan guru. Sebagai contoh jika akan mengevaluasi pertumbuhan pendidikan murid, harus menilai kehidupan rumah tangganya, kehidupan masyarakatnya, kehidupan sekolahnya, peralatan di sekolahnya, dan reaksinya terhadap guru. Begitu pula jika akan mengevaluasi perkembangan guru, perlu menilai kedisiplinan guru. Kemampuan guru mengelola kelas, status sosial ekonominya, dan sebagainya. Semakin lengkap aspek-aspek yang dievaluasi akan semakin banyak pula informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi tersebut dan selanjutnya akan semakin tepat pula dalam mengambil kesimpulan.

2. Metode Evaluasi

Memang secara tradisional skala penilaian sering digunakan sebagai instrumen atau alat untuk menilai guru dan murid. Tetapi sebenarnya dalam evaluasi supervisi pendidikan yang modern metode tradisional tetap digunakan tetapi juga dilengkapi dengan metode-metode lain, yang dengan demikian hasil evaluasi yang dapat diperoleh dengan tes dapat dipadukan dengan hasil evaluasi yang diperoleh dari metode-metode lain dengan harapan memperoleh hasil yang maksimal. Metode-metode yang juga dapat digunakan untuk mengevaluasi supervisi pendidikan adalah catatan anekdot, catatan pertumbuhan, daftar cek, inventory, interview. Kesemuanya dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek fisik, sosial, emosional, status, dan pertumbuhan mental.

3. Penggunaan hasil evaluasi

Manfaat evaluasi supervisi pendidikan banyak sekali khususnya pelaksanaan supervisi pendidikan yang harus menyusun program supervisi pendidikan. Dengan pelaksanaan evaluasi supervisi pendidikan ini dapat memperoleh, informasi tentang kebutuhan-kebutuhan pada diri yang dinilai, kemudian dapat dijadikan dasar merancang pengalaman-pengalaman untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Hasil evaluasi juga dapat digunakan untuk menentukan sampai seberapa jauh tujuan-tujuan telah dicapai tujuan berikutnya. Bahkan dari itu melalui evaluasi ini dapat juga diketahui kekuatan-kekuatan dan digunakan kelemahan-kelemahan setiap individu. Dengan informasi ini guru dan supervisor dapat secara obyektif merancang pengalaman belajar berikutnya.

Author : http://www.khusnuridlo.com/2010/12/hakekat-evaluasi-dalam-supervisi.html